Wednesday 19 August 2009

Hamba yang tidak tahu diuntung (Roma 6:22)

Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.

Menjadi hamba orang lain adalah hal yang paling menyakitkan. Seorang hamba tidak berhak atas hidupnya sendiri melainkan tergantung kepada tuannya. Seorang hamba hanya hidup dari kebaikan tuannya. Oleh sebab itu menjadi hamba dari seorang tuan yang baik hati saja sudah merupakan keuntungan besar baginya. Ia tidak pernah dihitung sebagai salah seorang dari anggota keluarga melainkan salah satu dari harta milik atau asset tuannya (bnd Kej. 12:16 ; Kej. 24:35 ; 1 Sam. 30:13 ; Ay 1:3). Dia wajib melakukan apapun yang diperintahkan oleh tuannya sekalipun itu bertentangan dengan keyakinan atau membahayakan dirinya sendiri. Seorang hamba dapat juga digunakan oleh tuannya sebagai alat tukar untuk membeli sesuatu ataupun langsung menjualnya dengan harga tertentu tergantung pada nilai jualnya. Dia tidak berhak untuk memilih tuan yang kepadanya dia dijual. Jika dia ditebus oleh tuan yang lain itu tidak membuatnya menjadi orang yang merdeka. Keadaannya tetap sama; yang berbeda sekarang dia mengabdi kepada tuan yang baru. Syukur-syukur kalau tuan itu adalah seorang yang baik, tapi tidak jarang seorang budak malah jatuh ke tangan tuan yang lalim dan memperlakukannya lebih buruk dari sebelumnya. Adalah keajaiban besar bagi seorang budak jika ada tuan yang bersedia menebusnya dan membiarkannya menjadi orang yang merdeka. Hal ini terasa menjadi hadiah terbesar yang pernah dia terima dalam hidupnya. Biasanya dalam kasus seperti ini sebagai tanda rasa terimakasih yang terdalam hamba yang telah dimerdekakan itu akan memohon agar diperkenankan tetap melayani tuan yang baik hati tersebut. Sekalipun diijinkan untuk melayani tuan tersebut dia tetaplah sebagai orang yang merdeka. Dia adalah orang yang merdeka yang melayani tuannya dengan rasa syukur dan sukacita tanpa beban atau terpaksa.

Kita adalah hamba dari dosa, karena itu seluruh hidup kita adalah milik dosa yang harus berbakti atau melayani keinginan-keinginannya yang jahat. Dalam keadaan demikian seluruh anggota tubuh kita adalah alat yang dipakai sebagai senjata kelaliman. Tapi itu dahulu; hal itu telah berlalu. Dalam Yesus Kristus Allah telah menebus kita dengan harga yang sangat mahal, yaitu darahNya yang Mahakudus. Oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus kita ditebus dari perhambaan dosa dan menjadi orang yang merdeka. Sekarang kita adalah orang yang benar-benar merdeka! (Yoh 8:36) Allah lebih daripada seorang tuan yang menebus atau memerdekakan seorang hamba. Dia tidak hanya memberikan kita kemerdekaan tetapi Dia juga mengangkat kita menjadi anak-anakNya (lih Rom 8:15-16 ; Gal 3:26) Dia tidak hanya melepaskan kita dari ikatan perhambaan melainkan juga memulihkan hidup kita. Dia tidak hanya merobah status kita sebagai milik dari “tuan yang jahat” tetapi juga menjadi pemilik/pewaris atas harta termahal dari Bapa Khalik langit dan bumi. Dia tidak hanya memberi kita kehidupan sekarang tetapi juga kehidupan kelak. RumahNya sendiri diwariskanNya kepada kita. Bukankah ini hadiah terbesar yang pernah kita terima dalam hidup kita! Dari seorang hamba dosa – ditebus dengan darah mahal – menjadi orang merdeka – diangkat menjadi anak Allah – pewaris atas harta sorgawi Bapa – Kehidupan yang kekal. Apakah yang akan kita lakukan sebagai bukti dari rasa syukur dan terimakasih kita atas anugerah ajaib ini??? Bukankah sepantasnya kita membaktikan diri dengan ikhlas dan sukacita menjadi hambaNya dalam kerajaanNya. Kendati kita sudah membaktikan diri kepadaNya itu juga belumlah cukup dibandingkan dengan apa yang telah Dia perbuat bagi kita. Ironis sekali banyak orang malah tidak tahu mengucapkan terimakasih. Ibarat hamba yang tidak tahu diuntung. Sudah dimerdekakan, dijadikan sebagai anak dan pewaris atas kehidupan yang kekal bukannya menyerahkan hidupnya menjadi alat kebenaran bagi kemuliaan Bapa, malahan mendukakan hati Bapa. Hidupnya tidak berbuah kebenaran melainkan kelaliman. Nats ini mengingatkan kita agar tidak menjadi hamba yang tidak tau diuntung, tidak tahu berterimakasih tetapi hamba selalu yang bersyukur dan melayani Tuhan dengan setia sepanjang hidup kita. Amin.

Wednesday 22 July 2009

Cinta uang membawa duka (I Timotius 6:10)

Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Nats ini merupakan nasihat rasul Paulus kepada Timotius untuk diajarkan kepada jemaat di Efesus. Dimana sebagian orang telah memiliki hasrat yang berlebihan untuk menjadi kaya. Sebenarnya ingin menjadi kaya tidak ada masalah tetapi hasrat yang berlebihan akan membuat orang gelap mata dan menghalalkan segala cara. Kelihatannya orang-orang ini memang sudah gelap mata karena terbukti mereka tidak lagi mengerti ajaran yang murni tentang Firman Tuhan. Seolah-olah mereka memahami betul akan inti ajaran Kristus tetapi sebenarnya mereka hanya berlagak sok tahu. Yang benar (halal) bagi mereka adalah jika mendatangkan keuntungan material. Karena itu mereka juga suka mencari soal dan bersilat kata. Kebiasaan mereka ini telah mengakibatkan timbulnya kedengkian, cidera, fitnah, saling curiga dan percekcokan karena orang-orang telah kehilangan akal sehat. Yang paling parah mereka juga mengharapkan keuntungan material dari ibadah itu sendiri. Artinya seluruh aktifitas keagamaan harus menjadi bagian dari upaya mendatangkan keuntungan materi sebanyak-banyaknya. Karena itu tepat sekali jika rasul Paulus menyebut mereka ini adalah orang-orang yang cinta uang. Tidak ada yang salah dengan uang tapi menjadi masalah jika orang menjadi cinta uang. Biasanya hati seseorang melekat pada apa yang dicintainya. Karena itu cinta uang akan membuat hati melekat pada uang. Sehubungan dengan itu Yesus pernah mengatakan: “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Mat 6:21) Jika hati sudah melekat pada uang maka pada saat yang sama dia mendapat prioritas utama dalam hidup. Dia akan menggantikan kedudukan TUHAN di dalam hati. Jika uang sudah bertakhta dalam hati seseorang maka orang tersebut akan menjadi pelayan bagi uang itu sendiri. Salah satu watak uang adalah tidak setia, sehingga mencintainya akan membuat orang sengsara atau menderita pada akhirnya. Hari ini dia seakan pelayan yang baik dan setia tapi besok dia bisa berobah menjadi tuan yang lalim. Hari ini dia bagai seorang kekasih yang membuat kita tersenyum tapi besok dia akan menjadi musuh yang membuat kita terkapar. Hubungan apapun yang dibangun di atas nilai uang adalah sangat rapuh dan berakhir pada kekecewaan. Itulah sebabnya dikatakan: “Akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” Yang menjadi akar segala kejahatan bukanlah uang melainkan cinta uang. Tidak terhitung jumlahnya orang yang telah terjerumus ke dalam lumpur dosa yang sangat dalam bahkan menggadaikan imannya sendiri karena uang. Demikian juga banyak sekali orang yang telah mengalami berbagai duka atau penderitaan karena memburu uang. Dalam Alkitab Contemporary English Version hal itu lebih jelas dinyatakan: “The love of money causes all kinds of trouble..........” (artinya: Cinta uang menyebabkan semua jenis masalah). Tidak hanya satu jenis masalah yang ditimbulkan oleh cinta uang tapi semua masalah, misalnya; masalah kesehatan, masalah sosial, masalah keamanan, masalah krisis iman, masalah rumahtangga, masalah pendidikan, dll. Yang paling parah semua masalah itu dapat terjadi pada saat yang bersamaan. Melalui nats ini kita diingatkan bahwa uang adalah salah satu dari sekian banyak pemberian TUHAN untuk kebahagiaan hidup umat manusia. Sebanyak-banyaknya atau sedikit-dikitnya uang yang kita punya dia tetaplah pemberianNya. Jangan pernah lebih mencintai pemberian itu daripada Dia Sang Pemberi itu sendiri. Syukurilah pemberianNya dan muliakanlah Dia yang memberi. Amin.

Wednesday 3 June 2009

PENTAKOSTA; Roh yang membawa kehidupan bagi seluruh umat manusia

1. Pendahuluan.
Sama seperti Natal dan Paskah, Pentakosta adalah salah satu Hari Besar penting dalam Kekristenan. Bahkan dalam beberapa Gereja dirayakan dua kali melalui ibadah pada hari Minggu dan Senin. Berbicara tentang Pentakosta biasanya ingatan kita akan langsung tertuju kepada peristiwa Pencurahan Roh Kudus dalam Kisah 2:1-13. Mengenai peristiwa ini Yesus sudah mengatakannya sebelumnya (Kis. 1:8). Yesus menjanjikan akan mencurahkan Roh Kudus untuk memberi kekuatan dan memperlengkapi mereka dalam menunaikan tugas panggilannya. Dalam kaitan itu jugalah Yesus menjanjikan bahwa mereka akan diberi kuasa untuk mengusir setan. Mereka juga akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru. (Mark. 16:17) Kemampuan berbicara dalam bahasa baru berhubungan dengan bahasa lidah, sebab di dalamnya pembatasan bahwa manusia terlangkahi dan mungkin juga dipakai bahasa malaikat (bnd. 1 Kor. 13:1). Disamping itu kemampuan berbicara dalam bahasa baru itu dapat juga dihubungkan dengan mukjizat pada hari Pentakosta ini, ketika hadirin mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri (Kis. 2:4-12). Tetapi hal terpenting dari semuanya itu ialah bahwa batas-batas bahasa tidak berlaku lagi. Injil sudah menjadi milik semua bangsa. Mereka dapat mendengar, mengamini dan menyaksikannya dalam bahasa mereka sendiri. Kebenaran ini tercermin dalam nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus: ”Tetapi dalam pertemuan jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, daripada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.” (1 Kor. 14:19). Hal ini bukanlah untuk merendahkan atau menyangkal keberadaan bahasa roh sebab itu juga merupakan salah satu karunia Roh. Bahkan mengenai itu Paulus sendiri lebih daripada semua jemaat. Tapi dia hendak mengoreksi pemahaman yang menganggap bahwa bahasa roh-lah satu-satunya bahasa yang boleh digunakan dalam pertemuan jemaat. Seakan-akan itulah satu-satunya bahasa yang kudus dan berkenan kepada Tuhan. Paulus menjelaskannya dengan memberi penekanan yang sangat mencolok, bahwa lebih baik menggunakan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar daripada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.

2. Bahasa yang baru?
Mengingat pesan Yesus dalam Matius 28:19-20 ; Kisah 1:8 dimana Injil harus diberitakan sampai ke ujung bumi, maka bahasa adalah unsur yang sangat penting dalam menunaikan amanat itu. Yang dimaksud dalam hal ini ialah bahasa yang diungkapkan dalam perkataan. Tapi dalam Injil yang lebih tua, Markus secara eksplisit terdapat pemahaman tentang bahasa yang lebih luas. Yesus berpesan: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (16:15) – Yunani; ktisis= ciptaan, NKJV; creature= makhluk. Bagaimanakah kita dapat berbicara dalam bahasa manusia kepada segala ciptaan? Yesus tidak bermaksud mengatakan sesuatu yang mustahil. Dalam kaitan itulah Dia menjanjikan akan memberikan murid-muridNya kemampuan dalam bahasa-bahasa yang baru. Bahasa bukanlah semata-mata ungkapan dalam bentuk perkataan saja. Bukankah suatu simbol atau tindakan juga merupakan bahasa untuk mengungkapkan sesuatu? Satu sentuhan lembut dari seorang ayah di pundak anaknya akan dengan mudah dipahami maknanya oleh anak tersebut sebagai ungkapan kasih sayang. Demikianlah seluruh makhluk saat ini menunggu ungkapan kabar baik dari orang-orang yang percaya atau yang sudah menerima Roh Kudus.

3. Bumi sedang sekarat.

Tidak terkecuali, HKBP sebagai buah pekerjaan Roh Kudus juga diutus untuk menunaikan amanat tersebut. Saat dimana dunia sedang mengalami degradasi dalam berbagai bidang kehidupan. Apabila digambarkan dalam suatu karikatur maka sosok bumi kita ini sedang dililiti oleh selang infus yang banyak sekali. Menggambarkan bahwa bumi kita sedang sakit parah atau sekarat jika terlalu ekstrim dikatakan sedang di ambang kematian. Ada bahaya pemanasan global (global warming) yang mengancam kehidupan di bumi ini. Hal ini ditandai dengan meningkatnya suhu bumi yang mengakibatkan mencairnya es di daerah kutub. Kini iklim dunia sudah berubah dan cenderung tidak teratur. Debet air meningkat dimana-mana. Daerah yang dulunya kering kini menjadi luapan air. Malah sebaliknya daerah dengan pengairan yang baik sekarang mengalami kekeringan. Banjir menjadi pemandangan yang biasa setiap hari. Seiring dengan itu pengrusakan alam yang sangat parah dewasa ini turut mengancam kehidupan karena bencana alam-bencana alam yang ditimbulkannya. Disamping itu Sekjen PBB telah mengingatkan dunia akan ancaman krisis pangan. Hal ini sama bahayanya juga dengan pemanasan global. Kita tentu masih mengingat krisis pangan selama tujuh tahun yang melanda Mesir. Alangkah beruntungnya Mesir dan sekitarnya pada saat itu karena masih ada seseorang seperti Yusuf yang dipakai Tuhan untuk mengantisipasi krisis tersebut. Karena hal itu Firaun sendiri memandang Yusuf sebagai seorang yang penuh dengan Roh Allah (Kej. 41:38). Dunia juga mengalami krisis kemanusiaan yang sangat parah. Dimana tingkat kejahatan semakin meningkat; baik secara kwantitas maupun kwalitas. Tulisan “anti korupsi” banyak terpampang di pintu-pintu ruang kerja (kantor), di belakang kursi, di kaca mobil, dll, tapi korupsi tetap saja meraja lela bag cendawan di musim hujan. Kekerasan sepertinya sudah menjadi budaya akhir-akhir ini. Pengadilan massa seakan-akan sudah menjadi trend di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, beragama, politik, pendidikan, dll. Pemandangan ini terjadi hampir setiap hari di sekitar kita(baca; negeri kita). Tanpa disadari bangsa ini sudah mengalami proses “alienasi” (keterasingan) di negerinya sendiri. Budaya kekerasan ini mengalami peningkatan dengan semakin maraknya “jagal-menjagal” dewasa ini. Suatu tindakan pembunuhan dengan cara memotong-motong bagian tubuh korbannya. Dalam prakteknya ternyata kejahatan ini lebih sering dilakukan oleh orang-orang yang sangat dekat dengan sikorban.

4. Tugas Gereja sebagai Karya Roh Kudus
Inilah dunia yang kepadanya Gereja harus terus memberitakan Injil, sesuai amanat Yesus dalam Matius 28:19-20 ; Kisah 1:8 dan Markus 16:15. Inilah dunia konteks dimana HKBP telah mencanangkan Tahun Koinonia, Marturia dan Diakonia saat ini. Bumi membutuhkan pertolongan, membutuhkan kabar baik melalui tindakan-tindakan yang digerakkan oleh Roh Kudus. Roh yang bersumber dari Pencipta dan Pemilik semesta langit dan bumi. Dialah yang membuat segala sesuatu baik dan menghendaki kebaikan bagi seluruh manusia bahkan seluruh ciptaanNya. Roh yang berkarya untuk kebaikan sekelompok orang tertentu saja bukanlah bersumber dari Dia. Jadi Gereja (baca: umat percaya) sebagai karya Roh Kudus haruslah semakin giat dan berani memberitakan pesan-pesan kehidupan, kasih persaudaraan, keadilan, kesetiaan, kejujuran dan keutuhan ciptaan. Hal ini sangat mendesak dewasa ini. Untuk itulah Tuhan mencurahkan RohNya ke atas semua manusia. Tidak hanya kepada orang-orang tertentu saja tetapi juga kepada anak laki-laki, anak perempuan, orangtua, teruna-teruna, hamba laki-laki dan perempuan (bnd. Yoel 2:28-29). Dunia membutuhkan orang-orang seperti Yusuf yang pintar, pekerja keras, sabar, rendah hati, tulus, tidak pendendam, berintegritas, terutama penuh dengan Roh Allah untuk memperbaiki keadaan. Kita membutuhkan orang-orang seperti itu ada di Parlemen, seluruh jajaran Pemerintahan, moneter, masyarakat dan Gereja.

5. Kesimpulan
Demikianlah Roh Kudus hingga hari ini akan terus berkarya untuk kebaikan seluruh ciptaanNya. Dialah Roh yang membawa kehidupan bagi seluruh manusia bahkan seluruh makhluk.

Tuesday 26 May 2009

“HOLAN HATA DO HOLONG NI AMANTA I”

Dung tarhira onom bulan manjalo pasupasu parsaripeon di Jakarta mulak ma sepasang Pangoli dohot Oroan tu hutanasida. Asa anggiat tumangkas ditanda angka keluarga dohot sisolhot ni pangoli i inanta i. Mansai dao do sian ibukota kecamatan hutanasida i pola lobi 10 Km. Angkup ni i martingki do angkutan umum masuk tu hutanasida jala olat ni pkl 17.00 (botari) wib do, dungkon ni ndang adong be kendaraan umum nda ingkon mardalanpat nama. Songoni ma tongon nunga mareak pungkul 17.30 wib Pangoli on na margoar si Landong dohot Inanta i na margoar Sorta sahat di ibukota Kecamatan i. Asa ingkon mardalanpat nama nasida laho mampareahi hutanasida sian ibukota ni Kecamatan i. Ala so adong be kendaraan umum dipangido inanta i do asa marborngin tagonan nasida di ibukota Kecamatan i paima adong motor marsogot laho tu hutanasida i. Alai gogo do si Landong paposhon roha ni si Sorta soripadana i paboa na so pola mahua nasida di pardalanan. “Tung loasonhu ma ho hasian marmara?” ninna amanta si Landong. Didok dope tahe hata na asing: “Ho do haholonganhu, molo manang mahua ho na tumagon mate do ahu!” Angkup nii didok dope: “Pos roham maradu hosangku huseahon laho manjaga ho, beta ma inang soripada na ulilagu, haholongan!” ninna. Ragam dope tahe dipandok amanta si Landong angka hata na paposhon roha ni inanta si Sorta. Tutu gabe pos do roha ni inanta si Sorta umbege angka hata ni amanta si Landong, na pola rade ibana hape sahat tu hamatean holan laho mangondihon nasida. Saut ma nasida manguduti pardalanan mampareahi huta ni amanta si Landong. Tung rosu (mesra) ma tahe idaon nasida na mardalan i. Halak na marnida pe pintor diantusi do na pengantin baru do nasida tongon. Molo tongon mamolus dalan na marlubang manang margambogambo pintor hatop do amanta si Landong maniop tangan ni inanta i laho manogu, atik pe boi do nian dalanan ni inanta si Sorta dalan i. Sandok godang ma dibahen amanta si Landong dalan laho patuduhon holong ni rohana. Sipata dipapujipuji inanta i, sipata songon na dihaol, sipata songon na digalmit, d.n.a. Dung tarhira 5 Km bongot ma nasida tu dalan na lungun manang langlang. Ala naung mareak botari, nunga songon na lam holom, angkup nii ragam soara ni binatang sian tombak na humaliang i pe nunga masipatubege soarana be. Songon na mabiar inanta si Sorta ala ndang hea ditagam rohana songoni hape lungun ni dalan tu huta ni amanta si Landong. Amanta si Landong pe sasintongna nunga mamungka dohot mabiar, alai sai diuji ibana do tongtong mangapoi inanta soripadana i. Ndang apala sadia lelengnari tompu ma tarbege sada soara na asing sian tombak i, songon soara ni binatang na mangorong. Dipamanat nasida hira soara ni gompul na maotaot do i. Pintor dipaso ma pardalannasida jala laos ditailihon nasida humaliang inganan i. Tahutan ma inanta si Sorta huhut humitir simanjojakna jala ngali sandok pamatangna ala ni biarna. Amanta si Landong pe ndang manghatai be, nunga manghohom, ndang diboto ibana be manang aha sidohononna tu inanta i. Nunga tung dohot ibana tahutan jala humitir huhut mamparrohahon humaliang. Sasintongna ndang parmaraan i na naeng anahononna alai na mangalului hau do bahen panjangkitanna aik beha tompu sahat gompul i di jolonasida. Tutu do surasura ni roha ni amanta i ndang sadia leleng pintor jongjong ma sada gompul na balga di jolonasida mangorong naeng mamolgak. Pintor hatop do amanta si Landong mangangkat laos manjangkit sada hau na jonok tu hajongjonganna i. Dihudus ibana manjangkit. Alai ala ni biarna sipata sai runsur do patna sian hau i. Dung sahat ibana di ginjang dihaol ibana ma mansai gomos bona ni hau. Alai ianggo inanta si Sorta sai tumatangis ma sahalakna di toru patagamtagam mara. “Unang tadinghon sahalakhu, amang paloasonmu ma hape mate ahu allangon ni gompul on!?” ninna inanta i huhut tumatangis. “Ondihon ahu amang!!!” ninna inanta i muse. Alai hohom do amanta si Landong huhut dipagomos sitioponna tu hau i. Ndang sadia leleng, huroha ala nunga malitondi gabe pingsan ma inanta i laos peak di tongandalan i. Nangetnanget ma ditailihon amanta si Landong tu toru manang songon dia na masa tu inanta i. Dibereng ibana ma dipajonok gompul i tu inanta si Sorta naung peak i. “Haratonna ma huroha,” ninna rohana. Dipajonok gompul i ma babana tu sipareon ni inanta i. “Inang, tung pinggolna i do huroha parjolo haratonna,” ninna surasura ni rohana. Alai dung dipamanat ibana ndang marnadiallang gompul i sipareon ni inanta i, baliksa gabe sai hira na marhusip do gompul i tu inanta i. Dung hira sadia leleng memang gabe ditinggalhon gompul i do inanta i di ujungna. Dung pos roha ni amanta si Landong naung dao gompul i dibaranihon ibana ma tuat sian hau panjangkitanna i. Pintor dihalaputi ma mandungoi inanta si Sorta sian na pingsan i. Dung hira tarjolma inanta i pintor dihaol ibana ma muse nasida dalan patuduhon balga ni rohana ala malua sian parmaraan bolon. “Mauliate ma di Tuhanta, ndang manang dihahua gompul i ho hape inang boru ni raja!” ninna ibana. Inanta i pe mansai las situtu do rohana dung diboto ibana na malua sian parmaraan i. “Tung pulut do antong roham manadinghon ahu di parmaraan i!” ninna inanta i. Gabe minta maaf ma amanta si Landong tu inanta i. “Alai manang boha pe mauliate ma di Tuhanta ala dipalua do ho sian parmaraan i, i do na rumingkot. Minta maaf ma jo ahu da inang,” ninna amanta si Landong. Dungi disungkun amanta si Landong ma inanta i; “Alai aut nii ma jo tahe, hurimpu do na parjolo sipareonmi allangon ni gompul i nangkin. Ai hubereng sai tusi do nangkin dipajonok ibana babana i. Hape gabe sai hira na marhusip do gompul i nangkin tu ho. Na adong do dihusiphon gompul i tu ho, inang?” ninna amanta i. “I do, adong do dihusiphon gompul i tu ahu nangkin, alai ndang pola ringkot botoonmu i,” ninna inanta si Sorta. “Ho nian, paboa ma jo inang asa huboto aha do dihusiphon gompul i tu ho nangkin,” ninna amanta si Landong mangelek. Ala nunga sai dielek gabe didok inanta si Sorta ma. “Alai molo hupaboa aha dihusiphon gompul i unang hansit roham da!” ninna inanta i. On do dihusiphon babiat i tu ahu nangkin: “HOLAN HATA DO HOLONG NI AMANTA I TU HO, INANG!!!” ninna inanta si Sorta. Umbege i gabe maila ma amanta si Landong, ai tung apala sintong situtu do na nidok ni inanta i. Anggo hatana saleleng on maradu seahononna hosana laho patuduhon holong ni rohana tu inanta si Sorta, hape hataridaanna NIHIL alias HOLAN HATA. Nian ndang mungkin marhusip gompul i tu inanta i alai ianggo holong ni amanta i na HOLAN HATA tu inanta i tutu do i. Didok hata ni Debata: “Hamu angka anaha, unang ma hatanta dohot dilanta mangkaholongi; naeng ma marhitehite pambahenan dohot hasintongan.” (1 Joh 3:18)

Friday 17 April 2009

Kasih karunia yang menyelamatkan (Titus 3 : 3 - 7)

Seorang pria bernama Holong sedang melintas dekat TPS (tempat pembuangan sampah). Sepintas dia menoleh dan melihat sebuah radio transistor terletak di sana. Entah apa yang menggerakkan hatinya tiba-tiba dia mendekati TPS tersebut dan memperhatikan radio tadi. Ternyata radio transistor jenis yang sudah lama sekali, sepertinya dari tahun 60-an. Mungkin barang seperti itu tidak diproduksi lagi saat ini. Kelihatannya radio itu sudah sangat rusak, tidak mungkin bisa diperbaiki lagi. Sekali lagi, entah apa yang mendorong hatinya Holong mengambil radio tersebut dan membawanya pulang ke rumah. Sebenarnya Holong adalah seorang kaya, di rumahnya yang besar dia memiliki berbagai jenis media hiburan yang modern; TV, karaoke, mini studio, termasuk radio jenis/merk terkini. Lalu mengapa dia mengambil dan membawa pulang radio “na segasega” (rongsokan) tadi? Sekarang dia mulai mencari tukang reparasi radio. Ternyata tidak mudah mencari tukang reparasi yang bersedia memperbaiki radio tersebut. Karena selain sulit mencari perangkatnya yang baru mereka juga tidak pernah memperbaiki jenis radio setua itu apalagi dengan kerusakan di sana-sini. Sampai akhirnya Holong bertemu dengan seorang tukang reparasi yang sudah tua, namanya Pak Pande. Kelihatannya dia sangat berpengalaman. Tapi Pak Pande menganjurkan sebaiknya radio itu tidak usah diperbaiki lagi. “Pak Holong sudah rugi memperbaiki radio ini. Selain sudah ketinggalan jaman, biaya memperbaiki radio ini sudah lebih besar daripada membeli yang baru,” demikian saran Pak Pande. Lalu Holong menjawab: “Saya tidak tanya berapa harganya, berapapun pasti akan saya bayar. Tapi Pak Pande mampu atau tidak memperbaiki radio ini?” “Baik, saya akan perbaiki!” demikian jawab Pak Pande memenuhi permintaan Holong. Memang tidak mudah memperbaiki radio itu, tapi setelah bekerja keras dan teliti 1 bulan kemudian radio itu sudah dapat berfungsi lagi. Alangkah senangnya Pak Holong, setelah membayar biayanya yang sangat mahal diapun membawa radio itu kembali ke rumahnya. Dia langsung menggunakannya seolah-olah bahwa radio yang sedang dia dengar adalah radio tercanggih atau ter-modern saat ini. Demikianlah setiap hari dia hanya menggunakan radio itu untuk menghibur diri. Tapi apa yang terjadi, belum satu minggu radio itu sudah rusak lagi. Dia kembali kepada Pak Pande untuk memperbaiki. Beberapa hari kemudian dia mengambilnya setelah membayar biaya perbaikannya. Tetapi tidak berapa lama radio itu kembali mengalami kerusakan. Pak Holong tidak menyerah, dia kembali menemui Pak Pande untuk memperbaikinya. Hal seperti ini terus terjadi secara berulang-ulang, sampai pada akhirnya radio itu sama sekali tidak dapat diperbaiki lagi. Pak Holong sedih dan kecewa, bukan karena telah banyak mengeluarkan biaya untuk radio itu melainkan karena yang dikasihinya pada akhirnya tidak berguna.

Ini adalah gambaran atas apa yang dilakukan oleh Allah bagi manusia di dalam Yesus Kristus. Manusia ibarat radio tadi; terbuang di tempat kotor dan bau, tidak punya masa depan, tidak berguna bahkan sudah mati. Manusia hanya menunggu waktu sampai dibawa ke tempat penghancuran atau pembakaran. Syukur Yesus datang melawat bumi, Dia mengambil kita dari tempat dimana kita terbuang. Bukan karena kita telah melakukan sesuatu kebaikan bagiNya, tetapi hanya terdorong oleh Kasih karuniaNya yang besar. Jika dilihat dari keberadaan manusia, kita memang pantas berada di tempat pembuangan tadi, karena inilah yang dikatakan oleh Firman Tuhan tentang kita: “Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.” (ay.3) Tapi keadaan kita yang sedemikian rusak ini telah dipulihkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Dia tidak perduli berapa mahalpun tebusan yang harus diberikanNya untuk pemulihan atau keselematan kita. Sekalipun harus dengan tubuh dan darahNya sendiri Dia rela melakukannya. Mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Tetapi tidak mudah seorang mau mati bagi orang yang benar. Lebih mustahil lagi ada orang mau mati untuk orang berdosa. Tapi itulah yang telah dilakukan oleh Yesus. (bnd. Rm 5:7-8) Yesus telah memberikan kita hal yang paling berharga sekalipun kita tidak pantas untuk menerimanya. Inilah keajaiban kasih karunia. Kasih KaruniaNya sematalah yang telah memulihkan dan menyelamatkan kita.

Orang yang sungguh-sungguh menyadari bahwa hanya oleh Kasih Karunia Tuhan saja dia diselamatkan hendaklah hidupnya:
a. Rendah hati: Bukankah apa yang ada pada kita saat ini hanya merupakan pemberian semata dan bukan hasil usaha sendiri. Karena itu tidak ada alasan untuk menyombongkan diri. Lagi pula Hukum rohani untuk kehidupan yang semakin diberkati adalah selalu merendahkan diri. “Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Mat 23:12) Dan juga dikatakan “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.” (1 Pet 5:6)
b. Selalu bersyukur: Bersyukur adalah salah satu tanda dari orang yang mengenal dan menghargai berkat-berkat Tuhan dalam kehidupannya. Dia akan menggunakan berkat-berkat itu secara bertanggungjawab, bermanfaat bagi sesama dan menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Tapi sangat disayangkan ada juga orang menjadi seperti radio tadi, pada akhirnya hidupnya sama sekali tidak berguna bagi sesama dan selalu mendukakan hati Tuhan.
c. Berbuah kebaikan: Tidak cukup bersyukur atau berterimakasih dalam perkataan melainkan harus nyata juga dalam perbuatan baik setiap hari. Jika kita berterimakasih atas kebaikan orang pada kita seharusnyalah kita meneladani perbuatan itu dengan melakukan hal yang sama kepada orang lain. Tuhan telah melakukan hal terbaik bagi kita sepantasnyalah kita meneladani perbuatanNya. Dia telah bermurah hati kepada kita bukankah seharusnya kita juga menjadi orang yang murah hati? (bnd Mat 18:33)
d. Memuji-muji Tuhan: Jika kita sungguh-sungguh menyadari bahwa Yesus telah memberikan kita harta yang paling berharga tentulah kita tidak akan pernah berhenti untuk memuj-muji Dia. Tantangan hidup, penderitaan, penganiayaan, pencobaan, sakit-penyakit, dll tidak akan pernah menghentikan kita memuji Tuhan. Sekalipun banyak orang telah meninggalkanNya tapi orang yang sudah menerima kasih Karunia tidak akan mungkin berhenti mengikut dan melayaniNya. Amin.

Saturday 28 March 2009

Bersukacita, Berjuang dan Menaaang! (Rom 12:12)

"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa."

Seorang anak bernama Ali sedang berada di lintasan lari jarak jauh (maraton). Walau start di bagian belakang namun dengan cepat dia meluncur ke depan melewati pelari-pelari lainnya. Sangat lumrah bahwa setiap atlet yang berlomba pasti ingin menjadi pemenang. Keinginan untuk mendapatkan tropi membuat setiap pelari berjuang sekuat tenaga. Ali lebih daripada itu. Sepertinya ada hal istimewa yang mendorongnya untuk terus berlari dan berlari. Setiap kali langkahnya melemah pada saat itu juga dia teringat akan janjinya kepada adiknya perempuan. “Saya pasti menang dan sepatu itu akan saya berikan untukmu.” Demikianlah suara itu terngiang di telinganya. Memang suatu waktu hatinya sangat sedih melihat adiknya meringis menahan rasa sakit akibat sepatunya yang terlalu sempit. Ayah mereka yang miskin membeli sendiri sepatu itu di pasar tanpa mengetahui secara pasti ukuran kaki putrinya. Seiring dengan itu di Sekolah mereka sedang diadakan lomba lari jarak jauh dimana salah satu tropinya adalah sepasang sepatu yang baru. Terdorong karena kasih sayang pada adiknya Alipun mendaftar sebagai salah satu peserta. Itulah yang membuatnya ada pada lintasan lari saat ini dan berlari seakan-akan tidak kenal lelah. Seolah-olah ada kekuatan istimewa yang membuatnya dapat bertahan dan terus berlari sampai tidak menyadari bahwa semua lawannya sudah jauh tertinggal. Bahkan dari ayahnya sendirilah dia tahu kemudian bahwa ternyata dia berhasil menjadi Juara I.

Ini adalah gambaran dari kehidupan orang percaya. Bagaikan sedang berlari orang percaya harus menghadapi berbagai macam perjuangan hidup. Kita capek, letih, lesu, susah, sedih, dll, bahkan kadang-kadang kita hampir menyerah. Tapi pengharapan akan mahkota mulia yang terdapat di balik kehidupan sekarang telah membangkitkan kekuatan tersendiri bagi kita menghadapi pergumulan hari ini. Dengan indah rasul Paulus mengatakan tentang ini, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” (Rom 8:18) Pengharapan dalam Kristus selalu membangkitkan sukacita. Apapun yang terjadi hari ini orang percaya akan selalu “tersenyum” menghadapinya. Kendati beban salib terasa berat dia akan sabar memikulnya, tanpa bersungut-sungut atau menyesali nasibnya. Karena apa? Karena DOA. Doalah yang menjadi sumber inspirasi dan kekuatan bagi orang percaya menghadapi perjuangan hidup. Ibarat kunci doa akan membuka pintu-pintu solusi yang tertutup bagi kita selama ini. Dengan doa kita tidak hanya merasakan sentuhan tangan kita sendiri melainkan juga sentuhan tangan Allah yang kuat itu. Amin!

Thursday 26 March 2009

Sukacita di dalam doa (Fil 1:4)

"Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita."

Ini adalah perkataan rasul Paulus segera setelah ucapan salamnya kepada jemaat di Filipi. Sepertinya dia sangat rindu kepada jemaat yang sangat dia kasihi ini. Hal itu terlihat dari ucapan salamnya yang sangat singkat (ay 1-2). Seolah-olah tidak ingin berpanjang lebar lagi dia langsung “to the point” mengungkapkan perasaannya bahwa saat ini dia sedang senang. Bukan karena sikonnya yang sedang "lancar-lancar saja.” Karena saat menulis surat ini dia justru sedang berada di dalam penjara dan selalu ada kemungkinan akan dihukum mati. Tapi karena jemaat/orang percaya di Filipi. Saat ini ketika di penjara dia sedang teringat pada mereka; betapa indahnya persekutuan mereka di dalam Injil Yesus Kristus. Hal itu sudah terjadi sejak dari mereka menerima Injil tersebut hingga sekarang. Artinya karena Injil ada suasana yang baru dalam kehidupan dan persekutuan mereka. Keindahan dari buah Injil itu juga sudah dirasakan oleh Paulus sendiri melalui partisipasi mereka saat rasul itu mengalami suka dan duka. Karena itu tidak mengherankan saat menulis surat ini dia berkata demikian: “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu.” (ay 3) Rasa syukur ini diekspresikannya dengan cara mendoakan jemaat tersebut. Dan ketika dia berdoa dia melakukannya dengan rasa sukacita. Hal ini tidak terjadi hanya sekali saja tetapi berulang-ulang atau setiap kali. Contemporary English Version (CEV) sangat membantu kita mengerti apa yang sedang dirasakan oleh rasul ini. “And whenever I mention you in my prayers, it makes me happy. Ketika dia menyebut jemaat Filipi dalam doanya, hal itu selalu membuatnya bersukacita, kapan saja. Karena itu dapat dipahami mengapa surat Filipi ini disebut “SURAT SUKACITA” kendati saat menulisnya rasul Paulus sendiri sedang terancam nyawanya.

Inilah salah satu rahasia dari kekuatan rasul Paulus menghadapi berbagai tantangan dalam tugas Pemberitaan Injil. Doa telah menginspirasi dan membangkitkan pengharapan di dalam dirinya. Sehingga dia selalu kuat dan optimis menghadapi segala kemungkinan. Walau menderita tetapi dia tetap bersukacita. Ini sangat relevan dengan keadaan yang sedang kita hadapi saat ini. Banyak hal telah dilakukan dunia terhadap kita untuk membuat kita sedih atau putus asa. Tetapi lebih daripada itu setiap hari Kristus selalu melakukan kepada kita banyak kebaikan yang tak terhitung jumlahnya sehingga kita dapat bersukacita. Oleh karena sesuatu hal yang tidak menyenangkan mungkin hari ini, minggu ini atau bulan ini bahkan tahun ini kita tidak mau lagi berdoa atau setidaknya tidak menikmatinya lagi. Saat ini lebih baik tenangkan hati lalu mulailah hitung secara perlahan satu demi satu kebaikan Tuhan. Mungkin bantuan yang tidak terduga, keramahan orang lain kepada anda, selamat dari kecelakaan, rasa hormat orang lain terhadap anda, karya anda, orangtua, keluarga, anak-anak, dsb (tentu saja kita tidak akan sanggup menghitung semuanya). Bukankah itu sesuatu yang harus kita syukuri?! Dengan membiasakan diri bersyukur akan membangkitkan sukacita dalam kehidupan kita. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak melakukan doa dengan sukacita. Amin.