Wednesday 19 August 2009

Hamba yang tidak tahu diuntung (Roma 6:22)

Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.

Menjadi hamba orang lain adalah hal yang paling menyakitkan. Seorang hamba tidak berhak atas hidupnya sendiri melainkan tergantung kepada tuannya. Seorang hamba hanya hidup dari kebaikan tuannya. Oleh sebab itu menjadi hamba dari seorang tuan yang baik hati saja sudah merupakan keuntungan besar baginya. Ia tidak pernah dihitung sebagai salah seorang dari anggota keluarga melainkan salah satu dari harta milik atau asset tuannya (bnd Kej. 12:16 ; Kej. 24:35 ; 1 Sam. 30:13 ; Ay 1:3). Dia wajib melakukan apapun yang diperintahkan oleh tuannya sekalipun itu bertentangan dengan keyakinan atau membahayakan dirinya sendiri. Seorang hamba dapat juga digunakan oleh tuannya sebagai alat tukar untuk membeli sesuatu ataupun langsung menjualnya dengan harga tertentu tergantung pada nilai jualnya. Dia tidak berhak untuk memilih tuan yang kepadanya dia dijual. Jika dia ditebus oleh tuan yang lain itu tidak membuatnya menjadi orang yang merdeka. Keadaannya tetap sama; yang berbeda sekarang dia mengabdi kepada tuan yang baru. Syukur-syukur kalau tuan itu adalah seorang yang baik, tapi tidak jarang seorang budak malah jatuh ke tangan tuan yang lalim dan memperlakukannya lebih buruk dari sebelumnya. Adalah keajaiban besar bagi seorang budak jika ada tuan yang bersedia menebusnya dan membiarkannya menjadi orang yang merdeka. Hal ini terasa menjadi hadiah terbesar yang pernah dia terima dalam hidupnya. Biasanya dalam kasus seperti ini sebagai tanda rasa terimakasih yang terdalam hamba yang telah dimerdekakan itu akan memohon agar diperkenankan tetap melayani tuan yang baik hati tersebut. Sekalipun diijinkan untuk melayani tuan tersebut dia tetaplah sebagai orang yang merdeka. Dia adalah orang yang merdeka yang melayani tuannya dengan rasa syukur dan sukacita tanpa beban atau terpaksa.

Kita adalah hamba dari dosa, karena itu seluruh hidup kita adalah milik dosa yang harus berbakti atau melayani keinginan-keinginannya yang jahat. Dalam keadaan demikian seluruh anggota tubuh kita adalah alat yang dipakai sebagai senjata kelaliman. Tapi itu dahulu; hal itu telah berlalu. Dalam Yesus Kristus Allah telah menebus kita dengan harga yang sangat mahal, yaitu darahNya yang Mahakudus. Oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus kita ditebus dari perhambaan dosa dan menjadi orang yang merdeka. Sekarang kita adalah orang yang benar-benar merdeka! (Yoh 8:36) Allah lebih daripada seorang tuan yang menebus atau memerdekakan seorang hamba. Dia tidak hanya memberikan kita kemerdekaan tetapi Dia juga mengangkat kita menjadi anak-anakNya (lih Rom 8:15-16 ; Gal 3:26) Dia tidak hanya melepaskan kita dari ikatan perhambaan melainkan juga memulihkan hidup kita. Dia tidak hanya merobah status kita sebagai milik dari “tuan yang jahat” tetapi juga menjadi pemilik/pewaris atas harta termahal dari Bapa Khalik langit dan bumi. Dia tidak hanya memberi kita kehidupan sekarang tetapi juga kehidupan kelak. RumahNya sendiri diwariskanNya kepada kita. Bukankah ini hadiah terbesar yang pernah kita terima dalam hidup kita! Dari seorang hamba dosa – ditebus dengan darah mahal – menjadi orang merdeka – diangkat menjadi anak Allah – pewaris atas harta sorgawi Bapa – Kehidupan yang kekal. Apakah yang akan kita lakukan sebagai bukti dari rasa syukur dan terimakasih kita atas anugerah ajaib ini??? Bukankah sepantasnya kita membaktikan diri dengan ikhlas dan sukacita menjadi hambaNya dalam kerajaanNya. Kendati kita sudah membaktikan diri kepadaNya itu juga belumlah cukup dibandingkan dengan apa yang telah Dia perbuat bagi kita. Ironis sekali banyak orang malah tidak tahu mengucapkan terimakasih. Ibarat hamba yang tidak tahu diuntung. Sudah dimerdekakan, dijadikan sebagai anak dan pewaris atas kehidupan yang kekal bukannya menyerahkan hidupnya menjadi alat kebenaran bagi kemuliaan Bapa, malahan mendukakan hati Bapa. Hidupnya tidak berbuah kebenaran melainkan kelaliman. Nats ini mengingatkan kita agar tidak menjadi hamba yang tidak tau diuntung, tidak tahu berterimakasih tetapi hamba selalu yang bersyukur dan melayani Tuhan dengan setia sepanjang hidup kita. Amin.