Wednesday 3 June 2009

PENTAKOSTA; Roh yang membawa kehidupan bagi seluruh umat manusia

1. Pendahuluan.
Sama seperti Natal dan Paskah, Pentakosta adalah salah satu Hari Besar penting dalam Kekristenan. Bahkan dalam beberapa Gereja dirayakan dua kali melalui ibadah pada hari Minggu dan Senin. Berbicara tentang Pentakosta biasanya ingatan kita akan langsung tertuju kepada peristiwa Pencurahan Roh Kudus dalam Kisah 2:1-13. Mengenai peristiwa ini Yesus sudah mengatakannya sebelumnya (Kis. 1:8). Yesus menjanjikan akan mencurahkan Roh Kudus untuk memberi kekuatan dan memperlengkapi mereka dalam menunaikan tugas panggilannya. Dalam kaitan itu jugalah Yesus menjanjikan bahwa mereka akan diberi kuasa untuk mengusir setan. Mereka juga akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru. (Mark. 16:17) Kemampuan berbicara dalam bahasa baru berhubungan dengan bahasa lidah, sebab di dalamnya pembatasan bahwa manusia terlangkahi dan mungkin juga dipakai bahasa malaikat (bnd. 1 Kor. 13:1). Disamping itu kemampuan berbicara dalam bahasa baru itu dapat juga dihubungkan dengan mukjizat pada hari Pentakosta ini, ketika hadirin mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri (Kis. 2:4-12). Tetapi hal terpenting dari semuanya itu ialah bahwa batas-batas bahasa tidak berlaku lagi. Injil sudah menjadi milik semua bangsa. Mereka dapat mendengar, mengamini dan menyaksikannya dalam bahasa mereka sendiri. Kebenaran ini tercermin dalam nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus: ”Tetapi dalam pertemuan jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, daripada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.” (1 Kor. 14:19). Hal ini bukanlah untuk merendahkan atau menyangkal keberadaan bahasa roh sebab itu juga merupakan salah satu karunia Roh. Bahkan mengenai itu Paulus sendiri lebih daripada semua jemaat. Tapi dia hendak mengoreksi pemahaman yang menganggap bahwa bahasa roh-lah satu-satunya bahasa yang boleh digunakan dalam pertemuan jemaat. Seakan-akan itulah satu-satunya bahasa yang kudus dan berkenan kepada Tuhan. Paulus menjelaskannya dengan memberi penekanan yang sangat mencolok, bahwa lebih baik menggunakan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar daripada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.

2. Bahasa yang baru?
Mengingat pesan Yesus dalam Matius 28:19-20 ; Kisah 1:8 dimana Injil harus diberitakan sampai ke ujung bumi, maka bahasa adalah unsur yang sangat penting dalam menunaikan amanat itu. Yang dimaksud dalam hal ini ialah bahasa yang diungkapkan dalam perkataan. Tapi dalam Injil yang lebih tua, Markus secara eksplisit terdapat pemahaman tentang bahasa yang lebih luas. Yesus berpesan: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (16:15) – Yunani; ktisis= ciptaan, NKJV; creature= makhluk. Bagaimanakah kita dapat berbicara dalam bahasa manusia kepada segala ciptaan? Yesus tidak bermaksud mengatakan sesuatu yang mustahil. Dalam kaitan itulah Dia menjanjikan akan memberikan murid-muridNya kemampuan dalam bahasa-bahasa yang baru. Bahasa bukanlah semata-mata ungkapan dalam bentuk perkataan saja. Bukankah suatu simbol atau tindakan juga merupakan bahasa untuk mengungkapkan sesuatu? Satu sentuhan lembut dari seorang ayah di pundak anaknya akan dengan mudah dipahami maknanya oleh anak tersebut sebagai ungkapan kasih sayang. Demikianlah seluruh makhluk saat ini menunggu ungkapan kabar baik dari orang-orang yang percaya atau yang sudah menerima Roh Kudus.

3. Bumi sedang sekarat.

Tidak terkecuali, HKBP sebagai buah pekerjaan Roh Kudus juga diutus untuk menunaikan amanat tersebut. Saat dimana dunia sedang mengalami degradasi dalam berbagai bidang kehidupan. Apabila digambarkan dalam suatu karikatur maka sosok bumi kita ini sedang dililiti oleh selang infus yang banyak sekali. Menggambarkan bahwa bumi kita sedang sakit parah atau sekarat jika terlalu ekstrim dikatakan sedang di ambang kematian. Ada bahaya pemanasan global (global warming) yang mengancam kehidupan di bumi ini. Hal ini ditandai dengan meningkatnya suhu bumi yang mengakibatkan mencairnya es di daerah kutub. Kini iklim dunia sudah berubah dan cenderung tidak teratur. Debet air meningkat dimana-mana. Daerah yang dulunya kering kini menjadi luapan air. Malah sebaliknya daerah dengan pengairan yang baik sekarang mengalami kekeringan. Banjir menjadi pemandangan yang biasa setiap hari. Seiring dengan itu pengrusakan alam yang sangat parah dewasa ini turut mengancam kehidupan karena bencana alam-bencana alam yang ditimbulkannya. Disamping itu Sekjen PBB telah mengingatkan dunia akan ancaman krisis pangan. Hal ini sama bahayanya juga dengan pemanasan global. Kita tentu masih mengingat krisis pangan selama tujuh tahun yang melanda Mesir. Alangkah beruntungnya Mesir dan sekitarnya pada saat itu karena masih ada seseorang seperti Yusuf yang dipakai Tuhan untuk mengantisipasi krisis tersebut. Karena hal itu Firaun sendiri memandang Yusuf sebagai seorang yang penuh dengan Roh Allah (Kej. 41:38). Dunia juga mengalami krisis kemanusiaan yang sangat parah. Dimana tingkat kejahatan semakin meningkat; baik secara kwantitas maupun kwalitas. Tulisan “anti korupsi” banyak terpampang di pintu-pintu ruang kerja (kantor), di belakang kursi, di kaca mobil, dll, tapi korupsi tetap saja meraja lela bag cendawan di musim hujan. Kekerasan sepertinya sudah menjadi budaya akhir-akhir ini. Pengadilan massa seakan-akan sudah menjadi trend di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, beragama, politik, pendidikan, dll. Pemandangan ini terjadi hampir setiap hari di sekitar kita(baca; negeri kita). Tanpa disadari bangsa ini sudah mengalami proses “alienasi” (keterasingan) di negerinya sendiri. Budaya kekerasan ini mengalami peningkatan dengan semakin maraknya “jagal-menjagal” dewasa ini. Suatu tindakan pembunuhan dengan cara memotong-motong bagian tubuh korbannya. Dalam prakteknya ternyata kejahatan ini lebih sering dilakukan oleh orang-orang yang sangat dekat dengan sikorban.

4. Tugas Gereja sebagai Karya Roh Kudus
Inilah dunia yang kepadanya Gereja harus terus memberitakan Injil, sesuai amanat Yesus dalam Matius 28:19-20 ; Kisah 1:8 dan Markus 16:15. Inilah dunia konteks dimana HKBP telah mencanangkan Tahun Koinonia, Marturia dan Diakonia saat ini. Bumi membutuhkan pertolongan, membutuhkan kabar baik melalui tindakan-tindakan yang digerakkan oleh Roh Kudus. Roh yang bersumber dari Pencipta dan Pemilik semesta langit dan bumi. Dialah yang membuat segala sesuatu baik dan menghendaki kebaikan bagi seluruh manusia bahkan seluruh ciptaanNya. Roh yang berkarya untuk kebaikan sekelompok orang tertentu saja bukanlah bersumber dari Dia. Jadi Gereja (baca: umat percaya) sebagai karya Roh Kudus haruslah semakin giat dan berani memberitakan pesan-pesan kehidupan, kasih persaudaraan, keadilan, kesetiaan, kejujuran dan keutuhan ciptaan. Hal ini sangat mendesak dewasa ini. Untuk itulah Tuhan mencurahkan RohNya ke atas semua manusia. Tidak hanya kepada orang-orang tertentu saja tetapi juga kepada anak laki-laki, anak perempuan, orangtua, teruna-teruna, hamba laki-laki dan perempuan (bnd. Yoel 2:28-29). Dunia membutuhkan orang-orang seperti Yusuf yang pintar, pekerja keras, sabar, rendah hati, tulus, tidak pendendam, berintegritas, terutama penuh dengan Roh Allah untuk memperbaiki keadaan. Kita membutuhkan orang-orang seperti itu ada di Parlemen, seluruh jajaran Pemerintahan, moneter, masyarakat dan Gereja.

5. Kesimpulan
Demikianlah Roh Kudus hingga hari ini akan terus berkarya untuk kebaikan seluruh ciptaanNya. Dialah Roh yang membawa kehidupan bagi seluruh manusia bahkan seluruh makhluk.