Friday 17 April 2009

Kasih karunia yang menyelamatkan (Titus 3 : 3 - 7)

Seorang pria bernama Holong sedang melintas dekat TPS (tempat pembuangan sampah). Sepintas dia menoleh dan melihat sebuah radio transistor terletak di sana. Entah apa yang menggerakkan hatinya tiba-tiba dia mendekati TPS tersebut dan memperhatikan radio tadi. Ternyata radio transistor jenis yang sudah lama sekali, sepertinya dari tahun 60-an. Mungkin barang seperti itu tidak diproduksi lagi saat ini. Kelihatannya radio itu sudah sangat rusak, tidak mungkin bisa diperbaiki lagi. Sekali lagi, entah apa yang mendorong hatinya Holong mengambil radio tersebut dan membawanya pulang ke rumah. Sebenarnya Holong adalah seorang kaya, di rumahnya yang besar dia memiliki berbagai jenis media hiburan yang modern; TV, karaoke, mini studio, termasuk radio jenis/merk terkini. Lalu mengapa dia mengambil dan membawa pulang radio “na segasega” (rongsokan) tadi? Sekarang dia mulai mencari tukang reparasi radio. Ternyata tidak mudah mencari tukang reparasi yang bersedia memperbaiki radio tersebut. Karena selain sulit mencari perangkatnya yang baru mereka juga tidak pernah memperbaiki jenis radio setua itu apalagi dengan kerusakan di sana-sini. Sampai akhirnya Holong bertemu dengan seorang tukang reparasi yang sudah tua, namanya Pak Pande. Kelihatannya dia sangat berpengalaman. Tapi Pak Pande menganjurkan sebaiknya radio itu tidak usah diperbaiki lagi. “Pak Holong sudah rugi memperbaiki radio ini. Selain sudah ketinggalan jaman, biaya memperbaiki radio ini sudah lebih besar daripada membeli yang baru,” demikian saran Pak Pande. Lalu Holong menjawab: “Saya tidak tanya berapa harganya, berapapun pasti akan saya bayar. Tapi Pak Pande mampu atau tidak memperbaiki radio ini?” “Baik, saya akan perbaiki!” demikian jawab Pak Pande memenuhi permintaan Holong. Memang tidak mudah memperbaiki radio itu, tapi setelah bekerja keras dan teliti 1 bulan kemudian radio itu sudah dapat berfungsi lagi. Alangkah senangnya Pak Holong, setelah membayar biayanya yang sangat mahal diapun membawa radio itu kembali ke rumahnya. Dia langsung menggunakannya seolah-olah bahwa radio yang sedang dia dengar adalah radio tercanggih atau ter-modern saat ini. Demikianlah setiap hari dia hanya menggunakan radio itu untuk menghibur diri. Tapi apa yang terjadi, belum satu minggu radio itu sudah rusak lagi. Dia kembali kepada Pak Pande untuk memperbaiki. Beberapa hari kemudian dia mengambilnya setelah membayar biaya perbaikannya. Tetapi tidak berapa lama radio itu kembali mengalami kerusakan. Pak Holong tidak menyerah, dia kembali menemui Pak Pande untuk memperbaikinya. Hal seperti ini terus terjadi secara berulang-ulang, sampai pada akhirnya radio itu sama sekali tidak dapat diperbaiki lagi. Pak Holong sedih dan kecewa, bukan karena telah banyak mengeluarkan biaya untuk radio itu melainkan karena yang dikasihinya pada akhirnya tidak berguna.

Ini adalah gambaran atas apa yang dilakukan oleh Allah bagi manusia di dalam Yesus Kristus. Manusia ibarat radio tadi; terbuang di tempat kotor dan bau, tidak punya masa depan, tidak berguna bahkan sudah mati. Manusia hanya menunggu waktu sampai dibawa ke tempat penghancuran atau pembakaran. Syukur Yesus datang melawat bumi, Dia mengambil kita dari tempat dimana kita terbuang. Bukan karena kita telah melakukan sesuatu kebaikan bagiNya, tetapi hanya terdorong oleh Kasih karuniaNya yang besar. Jika dilihat dari keberadaan manusia, kita memang pantas berada di tempat pembuangan tadi, karena inilah yang dikatakan oleh Firman Tuhan tentang kita: “Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.” (ay.3) Tapi keadaan kita yang sedemikian rusak ini telah dipulihkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Dia tidak perduli berapa mahalpun tebusan yang harus diberikanNya untuk pemulihan atau keselematan kita. Sekalipun harus dengan tubuh dan darahNya sendiri Dia rela melakukannya. Mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Tetapi tidak mudah seorang mau mati bagi orang yang benar. Lebih mustahil lagi ada orang mau mati untuk orang berdosa. Tapi itulah yang telah dilakukan oleh Yesus. (bnd. Rm 5:7-8) Yesus telah memberikan kita hal yang paling berharga sekalipun kita tidak pantas untuk menerimanya. Inilah keajaiban kasih karunia. Kasih KaruniaNya sematalah yang telah memulihkan dan menyelamatkan kita.

Orang yang sungguh-sungguh menyadari bahwa hanya oleh Kasih Karunia Tuhan saja dia diselamatkan hendaklah hidupnya:
a. Rendah hati: Bukankah apa yang ada pada kita saat ini hanya merupakan pemberian semata dan bukan hasil usaha sendiri. Karena itu tidak ada alasan untuk menyombongkan diri. Lagi pula Hukum rohani untuk kehidupan yang semakin diberkati adalah selalu merendahkan diri. “Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Mat 23:12) Dan juga dikatakan “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.” (1 Pet 5:6)
b. Selalu bersyukur: Bersyukur adalah salah satu tanda dari orang yang mengenal dan menghargai berkat-berkat Tuhan dalam kehidupannya. Dia akan menggunakan berkat-berkat itu secara bertanggungjawab, bermanfaat bagi sesama dan menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Tapi sangat disayangkan ada juga orang menjadi seperti radio tadi, pada akhirnya hidupnya sama sekali tidak berguna bagi sesama dan selalu mendukakan hati Tuhan.
c. Berbuah kebaikan: Tidak cukup bersyukur atau berterimakasih dalam perkataan melainkan harus nyata juga dalam perbuatan baik setiap hari. Jika kita berterimakasih atas kebaikan orang pada kita seharusnyalah kita meneladani perbuatan itu dengan melakukan hal yang sama kepada orang lain. Tuhan telah melakukan hal terbaik bagi kita sepantasnyalah kita meneladani perbuatanNya. Dia telah bermurah hati kepada kita bukankah seharusnya kita juga menjadi orang yang murah hati? (bnd Mat 18:33)
d. Memuji-muji Tuhan: Jika kita sungguh-sungguh menyadari bahwa Yesus telah memberikan kita harta yang paling berharga tentulah kita tidak akan pernah berhenti untuk memuj-muji Dia. Tantangan hidup, penderitaan, penganiayaan, pencobaan, sakit-penyakit, dll tidak akan pernah menghentikan kita memuji Tuhan. Sekalipun banyak orang telah meninggalkanNya tapi orang yang sudah menerima kasih Karunia tidak akan mungkin berhenti mengikut dan melayaniNya. Amin.